Hadits Arbain Nawawiyah 02

 Bismillahirrahmanirrahim

Assalaamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh


PENGANTAR

Alhamdullillah segala puji Allah yang telah melimpahkan segalanya kapada kita semua, serta salam semoga dapat selalu kita persembahkan kepada Nabi Junjungan Kita semua Nabi Besar Muhammad ﷺ beserta semua keluarga, sahabat dan semua pecinta Beliau ﷺ yang setia sampai saat ini.

Disini Admin bermaksud ingin sedikit beramal dengan menulis Hadits Nabi ﷺ yang admin kutib dari Kitab Karya Besar Al Imam Nawawi yaitu Al Arbain An Nawawiyah.


sebagian besar admin mengkutib dari buku karya besar Al Habib Novel Alaydrus SOLO, semga belian selalu diberikan rejeki yang berlimpah, diberikan rejeki kesehatan dan umur yang panjang, sehingga Beliau selalu dapat berdakwah, amin.

Semoga catatan kecil ini bermanfaat bagi kita semua dan bagi admin , Amin Ya Robbal Alamin


Hadits Ke 02 ISLAM, IMAN DAN IHSAN

Pada suatu hari, saat kami sedang duduk bersama Rasullullah ﷺ, tiba-tiba datang kepada kami seseorang yang sangat putih pakainnya, sangat hitam rambutnya, tidak nampak kalau sedang dalam bepergian, dan tidak ada seorangpun dari kami yang mengenalnya. ia kemudian duduk menghadap Nabi ﷺ dan meletakkan lututnya kepada lutut beliau, serta meletakkan kedua telapak tangannya di atas paha beliauﷺ. ia lalu bertanya, "Duhai Muhammad! jelaskan kepadaku tentang Islam." Maka, Rosullullah ﷺ bersabda :

"Islam Adalah Anda mengucapkan kesaksian bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan Sholat, menunaikan Zakat, menunaikan Puasa Ramadhan, serta melaksanakan ibadah Haji ke Baitullah jika Anda mampu menempuh jalannya." 

Lelaki itu lalu berkata : "Engkau benar." Kami pun merasa heran terhadapnya, ia yang bertanya namun ia juga yang yang membenarkannya. Lelaki itu berkata lagi, " Jelaskan kepadaku tentang Imam!" Beliau ﷺ menjawab Iman adalah Anda beriman kepada Allah, para Maliakat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, para Rosul-Nya dan hari Akhir, serta beriman kepada takdir baik dan buruk." Lelaki itu menjawab, "Engkau Benar". dia bertanya lagi, "Jelaskan kepadaku tentang Ihsan!" Beliau ﷺ pun menjawab lagi, "Ihsan adalah Anda menyembahAllah seolah-olah Anda Melihat Nya, Jika Anda tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia Melihat Anda." Dia berkata Lagi, "Jelaskan kepadaku hari Kiamat!" Beliau ﷺ menjawab, "Sesungguhnya yang ditanya tidak lebih tau daripada yang bertanya, " Dia Berkata lagi, " Jika demikian, jelaskan kepadaku tentang tanda-tanda kedatangan kiamat." Beliau ﷺ menjawab, " Jika seseorang budak wanita melahirkan majikanya, dan jika Anda melihat orang yang tidak ber alas kaki, tidak berpakaian, miskin dan penggembala kambing saling bermegah-megahan meninggikan bangunan."

Lelaki itu kemudian meninggalkan Rasullullah ﷺ dan aku berdiam sejenak disana. Rasullullah ﷺ kemudian bersabda:

"Hai Umar! Tahukan kamu siapa yang bertanya itu?", kemudian Umar menjawab, "Allah dan Rosul-Nya yang lebih Mengetahui."

Beliau ﷺ bersabda, "Sesungguhnya dia adalah Jibril yang datang pada kalian untuk mengajarkan agama kalian. "

(diriwayatkan oleh Muslim)


Hadits tersebut diatas mengajarkan kita agar sering mengunjungi para ulama dan kaum sholihin serta menghadiri majelis ilmu dan dzikir dengan penampilan yang baik, Yaitu dengan mengenakan pakaian yang bersih, Harum dan berwarna putih. Karena, Pakaian yang terbaik untuk para pengajar dan pelajar adalah warna putih.

Dalam penyamarannya, Malaikat Jibril menjelma menjadi manusia yang berambut sangat hitam, para ulama menjelaskan maksud berambut sangat hitam itu adalah rambut jenggot, bukan rambut kepala, sebagaimana yang disebutkan dalam Hadits yang diriwayatkan Imam Nasai sebagai berikut:

"Tiba-tiba datang seorang pria dengan rambut jenggot sangat hitam."

Perhatian sahabat hanya kepada rambut jenggot, karena rambut kepala tidak terlihat dikarenakan menggunakan tutup kepala seperti kopyah atau sejenisnya,  sebagaimana kebiasaan orang Arab pada masa itu.

Hal ini menunjukkan bahwa seorang penuntut ilmu atau pengajar disunnahkan menggunakan penutup kepala atau Kopyah, Songkok, peci ayau sejenisnya.

Para Ulama menjelaskan bahwa dalam penyamarannya seperti yang diceritakan diatas, Malaikat Jibril As meletakkan telapak tangannya diatas pahanya sendiri, dukan di atas paha Rosullullah ﷺ. Oleh karena itu orang yang hendak bertanya kepada Ulama hendaknya dia duduk dengan sopan dan penuh adab, yaitu duduk tepat dihadapannya dengan meletakkan kedua tangannyadi paha, dan mencurahkan segala perhatiannya kepada sang Ulama.

Bertanya merupakan salah satu cara untuk mendapatkan Ilmu. Tanya jawab merupakan merupakan salah satu metode pendidikan yang diajarkan oleh Baginda Muhammad ﷺ. 

Dalam Hadits diatas Malaikat Jibril As hanya mengajukan pertanyaan akan tetapi Rosullullah ﷺ menyebutnya sebagai pengajar. Rosullulah ﷺ besabda:

"Sesungguhnya dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian"

Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam bukunya Ithafus Sail Bijawabil Masail telah menjelaskan keutamaan bertanya dengan detail, beliau menuliskan:

Bertanya pada saat ada keperluan, sewaktu menghadapi masalah, atau dengan tujuan untuk memperluas Ilmu adalah kebiasaan orang-orang saleh dimana saja, di sepanjang masa. Jika Ilmu itu adalahIlmu yang wajib diketahui, maka mempelajarinya pun juga wajib. Adapun ilmu-ilmu tambahan, maka mempelajarinya merupakan suatu keutamaan.

Bertanya adalah kunci untuk memahami rahasia-rahasia Ilmu dan menyingkap keGhaiban yang tersimpan dalam hati. Sebagaimana harta benda di rumah yang tidak bisa diambil kecuali dengan kunci, begitu pula ilmu kaum Ulama dan Arifin, tidak akan dapat dipelajari dan diambil manfaatnya kecuali dengan mengajukan pertanyaan dengan jujur, dengan keinginan yang kuat, dan dengan adab yang baik. 

Allah SWT memerintahkan kita untuk bertanya, seperti dalam Firman Allah SWT surat Yunus, 10: 94 

"Maka tanyalah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu".

Ilmu itu merupakan perbendaharaan, kuncinya adalah bertanya, karena itu bertanyalah, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat pada kalian. Sehubungan dengan masalah Ilmu ini ada 4 orang yang memperoleh pahala, yaitu: 

1. orang yang bertanya, 

2. orang yang mengajarkan

3. orang yang mendengarkan

4. orang yang mencintai ketiga-tiganya.

(HR. Abu Nu'aim dan Sayyidina Ali Karromallohu wajhah)


Allah SWT berfirman dama Al-Qur'an:

"Maka bertanyalah kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengathui, dengan keterangan-keterangan (mu'jizat) dan kitab-kitab." (An-Nahl, 16: 43-44)

 Rasullullah ﷺ bersabda:

"Pertanyaan yang baik adalah setengah dari Ilmu." (HR Thabarani dan Ibnu Umar)

Tujuan para Imam memamerkan kedalaman Ilmu mereka adalah agar mereka ditanya dan diminta ilmunya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Sayyidina Ali Karromallohu wajha, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abu Hurairah dan para salaf maupun Kholaf. Beberapa Ulama, diantaranya Urwah bin Zubair, Hasan Al Bashri, dan Qotadah sangat menganjurkan masyarakat untuk bertanya. Sufyan ats-Tsauri, jika memasuki suatu daerah dan tidak ada seorang penduduk pun yang bertanya tentang Ilmu, ia berkata, "DI kota ini Ilmu telah Mati." Ia lalu meninggalkan daerah itu.

Suatu ketika asy-Syibli ra membuka majelisnya. Namun, tidak seorang pun mengajukan pertanyaan. Beliau kemudian membacakan Wahyu Allah SWT :

"San Jatuhlah perkataan (azab) atas mereka disebabkan kezaliman mereka, maka mereka tidak dapat berkata (apa pun)" (An-Naml, 27: 85). 

seorang yang alim kadang kala bertanya kepada mereka yang hadir dalam majelisnya dengan maksud agar yang lain dapat mengambil manfaat dari pertanyaan itu, atau untuk menyelidiki seberapa dalam pengetahuan mereka.

Salam sebuah Hadits Sahih diriwayatkan bahwa ketika Rosullullah ﷺ berada diantara beberapa sahabatnya, beliau menguji mereka dengan pertanyaan tentang sebuah pohon yang daunnya tidak rontok. Pohon itu mencerminkan kepribadian seseorang Mukmin. Pada sahabat tidak ada yang mampu menjawab. Kemudian Rosullullah ﷺ memberikan jawabannya, yaitu pohon kurma. Ibnu Umar, yang berada di tengah-tengah mereka, sudah mengetahui jawabanya, tetapi diam saja. Ia kemudian memberitahuakn kajadian itu kepada ayahnya, Ternyata sikap diamnya itu dicela oleh ayahnya.

Sayidina Umar ra sering bertanya kepadaorang yang duduk bersamanya. Jika pertanyaannya dijawab wallahua'lam (Allah SWT lebih tau), beliau Umar ra marah, "aku tidak bertanya kepadamu tentang Ilmu Allah SWTtetapi ilmumu, jawablah dengan kalimat: 'aku tau' atau 'aku tidak tau'.

Seorang alim kadang kala bertanya kepada salah seorang yang duduk bersamanya tentang sesuatu yang ia ketahui dengan tujuan agar yang lain memperoleh manfaat. Contohnya adalah pertanyaan Malaikat Jibril as kepada Nabi ﷺ mengenai Islam, Iman dan Ikhsan.

Berkat rahasia Allah SWT yang tersembunyi, orang-orang yang dianugerahi Ilmu, acap kali mendapatkan penghormatan melebihi orang-orang yang lebih mulia. Sehingga orang yang lebih Mulia terpaksa datang untuk bertanya kepadanya, sebagaimana yang dilakukan oleh Khalifah Umar ra ketika mendatangi Hudzaifah untuk bertanya tentang fitnah atau tanda-tanda kemunafikan.

Seseorang yang Alim kadang kala bertanya kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan setingkat atau hampir setingkat mengenai Qurna dan Sunnah dengan maksud untuk mengetahui apakah pendapatnya sesuai dengan pendapat mereka, sehingga jawaban itu akan memperkuat pendiriannya.

Sebagaimana pertanyaan SayidinaUmar ra kepada pada sahabatnya mengenai pemahaman mereka tentang Surat An-Nashr. saat itu, tidak seorang sahabatpun, kecuali Ibnu Abbas, mampu memberikan jawaban yang sesuai dengan pendapat Sayidina Umar ra. Hal seperti ini sering dilakukan Ulama-Ulama besar dahulu dan yang datang kemudian. Adapun pertanyaan Syaidina Umar ra kepada Sayidina Ali karomallohu wajha tidak lain untuk mengambil manfaat dari beliau. Sebab beliau memperoleh kehormatan sebagai pintu kota Ilmu Rosullullah ﷺ, suatu kekhususan yang tidak bisa ditandingi oleh sahabat-sahabat lain.

Anjuran Rosullullah Kepada pada sahabatnya untuk tidak memperbanyak pertanyaan, meskipun bersifat umum, adalah khusus untuk pertanyaan-pertanyaan tentang hukum (ahkam), ketentuan-ketentuan Allah SWT (hudud) dan prihal kemanusiaan (ahwalun nas). Larangan ini adalah salah satu wujud kasih sayang beliau ﷺ kepada umatnya agar mereka tidak dibebani dengan kewajiban yang tidak mampu mereka pikul, Allah SWT mewahyukan:

"Hai orang-orang yang beriman, jangan kalian menanyakan (kepada Nabi Kalian) hal-hal yang jika diterangkan kepada kalian niscaya akan menyusahkan kalian dan jika kalian menanyakan di waktu Quran sedang diturunkan niscaya akan diterangkan kepada kalian. Allah SWT memaafkan (Kalian) tentang hal-hal itu. Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kalian menanyakan hal-hal serupa itu (kepada Nabi mereka) kemudian mereka tidak percaya kepadanya.' (Al-Maidah, 5: 101-102)

Rasullullah ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan berbagai kewajiban maka jangan kalian mengabaikannya dan menetapkan batasan-batasannya, janganlah kalian melanggarnya, Dan Allah SWT dian atas berbagai hal sebagai rahmat bagi kalian, bukan karena lupa, maka janganlah kalian mencari-cari." (HR Sunan Daruqutni dari Abi Tsa'labah)

Beliau ﷺ juga bersabda:

"Sesungguhnya yang menghancurkan umat-umat sebelum kalian adalah banyaknya pertanyaan yang mereka ajukandan penentangan yang mereka lakukan terhadap nabinya." (HR Muslim)

Seorang Laki-laki bertanya kepada Rosullullah ﷺ "Apakah Haji wajib dikerjakan tiap tahun?"

Beliau ﷺ diam.

Ketika si penanya mengulang-ulang pertanyaannya, beliau ﷺ berkata, "Hanya wajib sekali  seumur hidup, Seandainya kukatakan: ya, tentu hukumnya akan menjadi wajib dikerjakan tiap tahun, dan kalian tidak akan mampu mengerjakannya."

Dinalik persoalan yang mendalam ini tersimpan sebuah rahasia mulia yang tidak tepat untuk disebutkan, maka carilah rahasia itu dengan bersandar wahyu Allah SWT.

yang juga disebutkan dalam wahyu Allah SWT:

"Barang Siapa Menaati Rosul, sesungguhnyan ia telah menaati Allah." (An-Nisa, 4: 80)

dan disebutkan dalam wahyu Allah SWT yang lain:

"Bahwasannya 

Komentar

Postingan Populer